Cerita Dewasa Affair Yang Menghanyutkanku

Cerita Dewasa Affair Yang Menghanyutkanku
Cerita Dewasa Affair Yang Menghanyutkanku


Cerita Dewasa - Malam ini aku ingin menceritakan pengalaman aku beberapa waktu yang lalu dan mungkin menarik bagi yang ingin membacanya. Suasana malam ini begitu sunyi di ruang tidur ini dan kebetulan suami malam ini sedang tidak berada di sini karena dinas ke luar. Mungkin suasana malam ini begitu mirip dengan suasana yang akan kuceritakan itu. Sepi dan tidak bisa tidur, ingin ada seseorang yang menemaniku di sini malam ini, ada perasaan hati yang membuatku tidak tenang, mungkin memang sedang dalam hari-hari yang sangat menginginkan sex. Sedikit sedikit membuat aku terangsang. Seperti beberapa saat tadi, sehabis berenang di kolam renang yang sepi dan hanya di terangi dengan lampu kolam yang berada di tengah bangunan rumah, aku mandi. Entah bagaimana ketika menyabuni diri, berkali kali tanganku menyabuni kedua payudara dan lama kelamaan aku mulai menekan nekan payudara dan terasa begitu sensitif putingku ketika tersentuh oleh tangan. Tapi segera aku menyudahi kelakuan tanganku itu.


Beberapa waktu lalu perusahaanku mendapat undangan seminar luar kota. Setelah melihat tanggal dan waktu yang memungkinkan, kami dari perusahaan sebanyak empat orang akan menghadirinya. Dari management perusahaan 2 orang termasuk aku dan 2 orang lagi staff biasa yang ada kaitannya dengan seminar tersebut, salah satunya bernama Dodi.



Ratna

Mengenai Dodi, aku sudah pernah menceritakan tentang dia sebelumnya. Masih muda, anaknya termasuk yang berbakat, pintar dan satu hal yang khusus tentang hubungan dia denganku adalah selain sebagai staffku, dia pernah tidur denganku. Sejak kejadian di apartementnya, hubunganku dengan dia biasa-biasa saja dan tidak ada yang khusus. Itu pun mungkin aku memang berusaha membuat keadaan seperti itu dan pernah mengatakan ke dia bahwa pengalamannya denganku itu dibawa ke hati atau jangan dengan perasaan. Anggap saja itu suatu kebetulan.



Ketika Dodi kupilih untuk ikut dalam seminar itu pun bukan karena ada unsur pribadi, hanya saja kebetulan dia adalah staff yang ada hubungannya dengan seminar nanti. Seminar tersebut hanya 2 hari, dimulai hari kamis dan sampai jumat sore. Aku sudah minta sekretaris untuk booking hotel untuk dua malam. Ketika Dodi tahu dia terpilih untuk mengikuti seminar, dia segera menemuiku di ruang kerjaku dan mengucapkan terima kasih, tapi segera kuingatkan dia bahwa ini bukan untuk jalan-jalan tapi kerjaan. Maklum staff muda, kadang-kadang dinas ke luar kota suka lupa akan tugas pokoknya dan lebih banyak mainnya.



Kami berangkat hari rabu malam. Aku sendiri berangkat langsung dari kantor. Dua staffku termasuk Dodi juga berangkat bersamaku dengan kendaraan yang sama. Pesawat berangkat sesuai jadwal dan sampai di kota tujuan juga sesuai jadwal. Kami melanjutkan perjalanan dari airport ke hotel kami dengan dua taksi. Aku naik terlebih dahulu dan rekanku naik ke taksi yang satunya, kemudian terlihat dua staffku saling ragu yang satu mau ikut siapa. Segera kupanggil Dodi untuk ikut denganku. Seperti anak kecil yang sudah dari tadi berharap, begitu masuk dan duduk di sebelahku, dia tersenyum senyum. Kemudian aku tanyakan kenapa tersenyum senyum, dia menghindar untuk menjawab pertanyaanku.



Sampai di hotel aku segera check-in dan malam itu aku segera tidur, mungkin karena sudah lelah. Belakangan aku tahu bahwa rekanku dan dua staffku setelah check-in mereka masih sempat jalan-jalan keluar, mungkin karena letak hotel kami di pusat perbelanjaan, sehingga suasana di jalan masih cukup ramai.



Esok harinya aku bangun cukup pagi dan setelah mandi dan bersiap, segera aku turun ke loby hotel untuk sarapan di coffee shop di hotel itu. Suasana coffee shop pagi itu begitu ramai dan susah mendapat tempat duduk yang kosong. Ketika sedang melihat-lihat meja yang kosong kemudian aku melihat staffku Dodi sedang duduk di salah satu meja yang untuk dua orang tapi sepertinya dia sendirian dan sedang menunggu pesanan datang. Aku hampiri mejanya dan menegurnya. Dia agak kaget karena sepertinya sedang melamun memandang ke luar jendela. Segera kuledek dia karena melamun, dia agak kikuk karena tidak menyangka ada aku berada di sana. Segera kutanya apakah kursi yang berhadapan dengan dia itu kosong. Dia segera mempersilahkan aku duduk dengan senyumnya yang khas.



Tidak lama setelah duduk, pelayan restoran menghampiriku dan menanyakan pesanan, karena masih sedang melihat menu yang ada di meja, aku minta dibawakan coffee dulu saja. Kemudian aku meneruskan melihat-lihat menu sambil menanyakan Dodi apakah yang dia pesan. Ketika itu aku sadar bahwa dia sedang memperhatikan aku dengan mencuri curi pandangannya. Aku tahu kemana matanya memandang, mungkin karena aku memakai blus yang silangan baju yang di dada agak rendah dan blus nya juga sedikit agak tipis sehingga bra yang aku pakai tampak sedikit terlihat terbayang bayang.



Karena aku sudah mengenal benar dia, jadi aku sendiri tidak terlalu resmi berbicara dengan dia. Selagi menunggu sarapan pagi, aku menanyakan ini itu tentang dia, sampai juga soal pacarnya. Dia bilang pacarnya baik-baik saja dan katanya ingin dibelikan oleh-oleh alat kosmetik dan beberapa set pakaian dalam dan dia sendiri mengeluh agak bingung bagaimana memilihnya. Aku katakan biar nanti belanjanya sama sama aku saja. Dia sepertinya senang dengan tawaranaku.



Sejak kejadian di apartementnya itu memang aku selalu bersikap biasa-biasa saja agar dia sendiri tidak jadi bingung, dan berusaha tidak berbicara yang sifatnya menjurus ke arah sana, begitu juga ketika kami sarapan pagi itu. Selalu aku menunjukkan sikap ke dia bahwa apa yang kami lakukan di apartementnya itu adalah hanya hubungan badan dan jangan ada perasaan dibawa masuk kedalamnya. Karena aku tahu kalau aku tidak bersikap demikian, walaupun sedikit dia akan mengharapkanku terus dan tidak mau melupakannya, ini akan kurang baik nantinya untuk hubungan kami, apalagi dia memiliki pacar dan bisa mengganggu hubungan mereka dan aku tidak mau yang demikian.



Selesai sarapan kami menuju ruang seminar yang diadakan di hotel yang sama juga. Dodi kusuruh menuju ruangan itu dahulu, karena tidak enak dilihat rekan kerja dan staffku yang lainnya kalau kami datang berduaan.



Seminar baru selesai jam empat sore, cukup capek juga seharian mendengarkan orang bicara. Sebelum keluar ruangan, aku menghampiri Dodi dan dengan sedikit berbisik aku mengajak dia untuk menemaniku belanja. Ternyata dia dengan senang hati mau menemaniku. Tapi kuminta dia menunggu dulu sebentar karena aku mau membahas sebentar masalah kerjaan dengan rekanku di coffee shop. Dia setuju dan katanya dia mau menunggu di kamar hotelnya saja. Aku setuju dan akan menghubunginya apabila sudah selesai karena aku juga mau kembali ke kamar dulu untuk mandi.



Sekitar satu setengah jam kemudian aku turun ke loby hotel dan bertemu dengan Dodi. Mungkin karena sudah lama tidak terlalu banyak bicara denganku selama ini di kantor sehingga pagi hari dia sedikit agak kaku, tapi sore itu dia sepertinya sudah mulai terbiasa dan terlihat santai bahkan dia sempat mengatakan aku berpakaian seperti abg dengan berkelakar. Memang sore itu aku perpakaian agak santai, memakai celana jeans panjang yang pas di pinggul dan atasannya baju kaos yang pas di badan dengan kancing di depan. Memang belahan dadanya agak rendah dan bawahnya pendek sebatas puser modelnya.



Cukup lama juga aku berbelanja ke sana sini, keluar masuk departement store seperti umumnya wanita kalau belanja, sepertinya Dodi agak kecapaian juga menemaniku. Ketika masuk ke salah satu departement store dan di bagian pakaian wanita khususnya pakaian dalam aku mencari beberapa yang bagus untukku dan anak anak. Ketika memilih-milih aku teringat tentang pacarnya Dodi yang katanya ingin dibelikan baju dalam. Aku lihat Dodi malu untuk mendekat ke bagian pakaian dalam wanita, karena hanya wanita saja yang ada di sana. Segera aku menghampirinya dan lengannya kutarik agar dia ikut bersamaku ke bagian celana dalam dan bra. Kemudian aku tanya ukurannya, ternyata dia lupa mencatat ukurannya, kemudian aku tanya apakah pacarnya berukuran seperti aku. Dodi hanya senyum-senyum dan mengatakan kira-kira sama denganku sambil dia melihat dadaku. Terus aku pertegas lagi supaya jangan kira-kira, nanti takut salah ukuran. Sedikit agak nakal, Dodi aku isengi sambil berbisik ke telinganya,



“Kamu kan pernah mengukurnya dengan tangan kamu, gimana sama tidak dengan aku?”.



Dia terlihat malu, mukanya menjadi merah dan mengangguk-angguk menandakan sama. Akhirnya aku pilihkan dua set bra dan celana dalam buat pacarnya sambil kukatakan biar aku saja yang membayarnya, tapi bilang ke pacarnya bahwa dia yang beli, sehingga uangnya dia bisa untuk beli yang lain. Dia senang sekali mendengar itu sambil berkali-kali mengucapkan terimakasih. Mungkin karena begitu senangnya, dia menawarkan diri untuk membawa semua tas belanjaanku, padahal lumayan banyak juga.



Sebelum pulang ke hotel kami makan malam dahulu di fast food dekat situ. Dodi membawakan tas belanjaanku sampai ke kamar. Ketika masuk kamar, dia sempat melirik ke tempat tidur karena ada sesuatu yang menarik perhatian dia. Aku sadar ketika juga menolehnya. Beberapa bra dan celana dalam tergeletak di atas tempat tidur, aku lupa menyimpan ke koper lagi ketika selesai memilih milih untuk dipakai tadi sore. Segera kuambil dan kumasukkan ke laci, Dodi ketika itu berpura-pura sedang sibuk menaruh tas belanjaan, aku tahu dia melihatnya tapi mungkin tidak enak denganku.



Dodi aku tawari minum dahulu di kamar, dan dia mengambil sendiri dari kulkas dan duduk di kursi. Sementara itu aku sibuk membuka-buka tas belanjaan, ketika itu aku merasa dan melihat dari sudut mata bahwa Dodi memandangiku, tidak melihat ke acara tv. Mendadak dia memanggil namaku dengan agak ragu. Kemudian aku menoleh ke arahnya dan menanyakan ada apa, tapi kemudian dia membatalkan untuk berbicara dengan mengatakan tidak ada apa-apa, tidak jadi bicara. Ketika itu memang wajahnya cukup lucu bagiku, terlihat seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak berani. Aku segera tahu, dia ingin membicarakan masalah pribadi terutama hubungan dia dan aku, tapi aku sengaja bersikap seperti tidak ada apa-apa.



Selesai minum Dodi segera minta izin untuk kembali ke kamar hotelnya dan kuucapkan selamat tidur dan sampai besok pagi. Aku mengajaknya sarapan pagi bersama-sama seperti pagi hari itu. Setelah itu aku segera mandi walaupun tadi sore sudah mandi. Terasa badan lengket berkeringat. Selesai mandi dan mengeringkan badan, aku mencoba beberapa pakaian yang baru saja kubeli termasuk beberapa set bra dan celana dalam. Senang juga mendapatkan pakaian yang aku senangi modelnya. Set bra dan celana dalamnya juga bagus bagus dan beberapa terkesan seksi. Terakhir aku mencoba celana dalam warna putih yang cukup manis bentuknya dan lucu. Bagian depannya berbentuk segi tiga yang benar pas denganku. Tidak memakai karet, tapi memakai tali kain tipis yang bersimput di kiri kanan pinggul, jadi cukup melepas dan mengikat simpulnya saja ketika mau mengenakan atau melepasnya. Karena malas membuka koper lagi, aku langsung tidur pakai itu saja, selain adem juga terasa nyaman untuk dipakai. Malam itu aku memang tidur hanya mengenakan celana itu saja.



Entah kenapa malam itu aku susah tidur. Aku berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa tidur juga. Badan terasa panas, padahal ac sudah cukup dingin dan aku tidur hanya mengenakan celana dalam saja. Mungkin refleks atau bagaimana, tidak sadar aku merasa enak dengan menekan-nekan payudara dan setiap jari dan telapak tangan menyentuh puting, terasa menjadi terangsang sendiri dan terasa agak ngilu ujung putingnya. Aku perhatikan jadi malu sendiri, puting jadi tegak seperti sehabis di cium saja. Tapi aku terus meremas-remas payudara sengaja sampai aku puas supaya bisa tidur.



Mata kupejamkan terus. Mendadak dalam benakku terbayang muka staffku Dodi, dan terbayang kejadian ketika di apartementnya. Segera aku berhenti meremas payudara dan membuka mata. Heran sendiri mengapa jadi wajah si Dodi yang terbayang. Aku jadi senyum sendiri, mungkin karena kebanyakan bersama dia hari ini sehingga timbul wajahnya di angan-angan. Aku segera bangun dari tempat tidur dan mencoba untuk sedikit minum minuman yang tersedia di mini bar di ruangan itu. Sambil mencicipi minuman sedikit-sedikit, aku berdiri di depan jendela kamar dan memandang pemandangan malam yang penuh dengan lampu gemerlapan. Kadang-kadang aku melihat dari pantulan jendela diriku yang sedang berdiri dengan hanya memakai celana dalam. Aku merasa ingin suami malam itu ada di sisiku, tentu akan menjadi malam yang menyenangkan kalau dia ada di sisi aku.



Ratna

Entah bagaimana seakan hanya menuruti kehendak hati, tanganku mengambil telpon dan menghubungi kamar Dodi. Segera ada yang mengangkat disana, suara Dodi. Sebelumnya aku minta maaf dan menanyakan apakah dia sudah tidur dan mengganggu dia atau tidak. Ternyata dia belum tidur dan segera menanyakan padaku apakah ada sesuatu masalah. Mungkin dari suaraku dia bisa mengetahui itu, tapi aku sendiri sudah lupa waktu itu apa yang kukatakan. Singkatnya waktu itu aku tawarkan untuk ngobrol-ngobrol di kamar karena aku belum mau tidur. Dodi dengan senang hati mau menemaniku untuk ngobrol di tempatku.



Setelah telepon pun aku masih terus memandangi pemandangan malam dan sempat melamun juga. Tidak sadar tiba-tiba kamar diketuk dan aku mengintipnya dari lobang pengintip yg ada di pintu. Ternyata Dodi sudah di depan pintu. Segera kuminta dia menunggu sebentar karena aku mau berpakaian dulu. Dengan cepat saja aku mengambil kemeja dan rok yang ada di lemari baju dekat pintu masuk. Karena terburu-buru memakainya, terkesan sedikit kacau, tapi sempat membetulkan rambut dulu sebentar. Pintu pun segera kubuka dan kusuruh dia masuk. Dia begitu rapih penampilannya. Kemudian aku komentari, mau ngobrol saja kok rapih sekali. Dia hanya tersenyum dan mengatakan takut kalau nanti diajak jalan ke luar.



Segera aku membuat dua minuman, karena tidak ada apa-apa, jadi hanya whisky on the rock saja. Dia menanyakan lagi apakah ada sesuatu, aku hanya ingin ngobrol saja menjawab pertanyaannya. Banyak juga obrolan kami dari yang serius sampai yang bercandaan. Ada juga bercanda yang agak nyerempet-nyerempet. Ketika dia berbicara kadang-kadang matanya tidak memandangku, awalnya aku pikir dia malu menatap mataku tapi kemudian aku memahaminya ketika aku akan menambah minumannya, aku melihat penampilanku di depan kaca. Aku hanya memakai kemeja yang kebetulan warnanya putih dan agak tipis dan tidak memakai bra, sehingga sedikit berbayang kedua payudaraku dan juga mungkin karena aku memakai rok mini, dan ketika duduk agak sedikit tertarik ke atas karena sofa yang kami duduki agak rendah, apalagi kalau sedang menyilangkan kaki.



Waktu itu aku sudah tidak menghiraukannya, apalagi itu hanya sedikit berbayang saja. Tapi anehnya setelah aku tahu itu, ketika sudah duduk kembali berhadap-hadapan, kalau ujung payudara menyentuh bajuku terasa ngilu dan terasa payudara kencang dengan rasa sedikit sakit yang agak sulit aku ungkapkan. Hati ini seperti ada perasaan sedang terhipnotis, semakin membiarkan lebih banyak dia memandang tubuhku. Dodi pun sepertinya semakin tidak tenang duduknya.



Segera aku merubah topik pembicaraan sambil berdiri dan pindah duduk di ujung tempat tidur agar tidak memandang langsung Dodi. Sudah dari tadi memang kakiku terasa agak pegal, mungkin karena kebanyakan jalan, terutama bagian betis dan telapak kaki. Aku meneruskan perbincangan sambil tangan memijat-mijat betis. Aku juga sempat tanyakan Dodi apakah dia juga pegal kakinya, dan ternyata dia juga sama denganku merasa pegal juga kakinya. Sambil tertawa aku minta maaf sudah mengajak jalan kesana kemari. Malam semakin larut tapi pembicaraan kami semakin mengasyikkan sehingga semakin tidak ngantuk saja.



Entah ide dari mana aku minta Dodi memijat betisku. Segera saja dia menghampiriku tergesa-gesa seakan takut kehabisan sesuatu. Tapi kemudian kusuruh dia menarik kursinya mendekat ke aku agar dia bisa memijit betisku sambil duduk saja. Dodi menuruti saja apa kataku. Kemudian kami meneruskan pembicaraan sambil Dodi memijat-mijat betisku. Enak juga dia memijatnya, tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu lembut. Telapak kaki aku letakkan di busa kursi tempat Dodi duduk diantara kedua pahanya tapi tidak sampai menyentuh dia, dan dia pun terus memijat pahaku sambil matanya tetap memandang wajahku. Sesekali dia melirik kearah betisku yang sedang dipijitnya dan mungkin juga sambil melihat pahaku. Kalau kupikir sekarang mungkin saja pahaku mudah dia lihat sampai ke tempat yang paling dalam, karena kepala dia hampir sejajar dengan pahaku. Ujung tempat tidur yang kududuki posisinya lebih tinggi dari pada kursi yang Dodi duduki.



Mungkin karena suasana yang begitu mengasyikkan, aku pun tidak sadar menikmati pijitan dia dan lama kelamaan sentuhan telapak tangannya membuatku terlena. Begitu asyiknya bicara dan menikmati pijatan tangan Dodi, tidak sadar tangannya sudah bergerak perlahan-lahan keatas menuju paha dan tentu saja itu dengan kesadaran dia. Aku juga secara refleks mungkin tidak sadar sedikit demi sedikit semakin merengganggkan kedua pahaku. Seperti air yang mengalir tanpa bisa di bendung, aku semakin menikmati sentuhan tangannya yang mulai memijiti paha. Ketika sadar aku sudah begitu terlena dan membiarkan tangannya memijat dan meraba pahaku, dan kemudian aku berhenti bicara dan memejamkan mata dan mengatakan enak sekali pijitan dia dan terus terdiam menikmati itu.



Dengan sengaja Dodi mendekatkan telapak kakiku ke selangkangannya dan sampai menyentuh celananya, terasa ada sesuatu yang keras di balik celananya. Aku semakin tidak peduli dan ingin terus menikmati keadaan itu. Tangannya semakin naik ke atas sampai mendekati pangkal paha. Ketika mencapai pangkal paha, mungkin bukan rasa nikmatnya pijitan dia yang terasa tapi aku merasa terangsang dengan sentuhan telapak tangannya. Seakan Dodi mulai mengendalikanku.



Tangannya tidak berhenti sampai di pangkal paha saja, terasa salah satu jarinya menyentuh celana dalam dan aku tetap membiarkannya. Dodi semakin berani karena aku membiarkannya. Salah satu jarinya menyelinap dari tepi celana dalam yang tepat menutup vagina bagian luar. Terasa sedikit ujung jarinya menyentuh clitoris dan bergerak di sekitarnya. Aku sempat refleks menarik nafas karena sentuhan jarinya itu. Tapi kemudian dia menarik jarinya dan mengatakan sesuatu yang begitu membuatku semakin terangsang. Aku membuka mata dan tanpa kusadari kepalanya sudah dekat sekali dengan dengan lututku dan seakan mau menyelinapkan mukanya diantara kedua pahaku.



Dia memandang mukaku sambil menunjukkan jarinya yang tadi memainkan clitorisku. Jarinya basah berkilauan dilapisi cairan dari dalam vaginaku, lalu dia mengatakan,



Nonton video bok3p igo / indo ringan di indoasoy.com



“Mbak… sudah basah sekali”.



Tentu saja kata-katanya membuatku semakin terangsang, terasa dari dalam vagina mendadak seperti sesuatu mengalir dengan banyak ke luar. Apalagi setelah itu dia menjilati jarinya yang penuh dengan cairanku.



Seperti sudah refleks, tanganku segera menggenggam kepala dan rambutnya dan membiarkan wajahnya membenamkan diri ke selangkanganku. Sudah tidak ingat lagi bagaimana urutannya tapi bersamaan dengan itu kedua tangannya menyelinap dalam kedalam rok yang kupakai dan menggenggam kedua pinggulku dan meraba raba tali simpul celana dalam dan dengan pintarnya dia melepas simpul itu. Setelah itu aku agak kurang ingat lagi karena begitu terangsang dan menikmati kelakuan Dodi. Begitu terkesan, yang aku ingat dia menjilati clitoris dengan lidahnya. Entah aku tidak sadar lagi apakah aku mengeluarkan suara atau tidak saat itu.



Dodi sudah semakin pintar dibanding dengan dulu ketika di apartementnya. Gerakan lidahnya begitu lincah dan tidak hanya memainkan clitoris saja tapi masuk ke dalam vagina. Walaupun tidak dalam, tapi sudah membuat aku terangsang sekali. Seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam vagina dan juga terdengar suara dia menjilati vagina seperti seorang sedang mencicipi minuman panas. Tidak ingat lagi berapa lama dia terus menjilati vaginaku, seakan tidak ingin dia berhenti menjilati. Aku baru bisa sadar kembali ketika dia berhenti menjilati vagina dan berpindah menciumi pahaku. Kemudian aku mencoba untuk membalas dia dengan minta dia berdiri dan membuka bajunya. Kancing celananya kubuka dan risletingnya diturunkan. Bersama dengan celana dalamnya, celananya aku turunkan sampai ke bawah.



Terlihat dengan jelas penisnya yang sedikit berukuran besar itu sudah begitu kencang. Segera kubalas dengan menciumi penisnya itu. Sepertinya dia juga sudah begitu terangsang, terasa ketika ujung penisnya kumainkan dengan ujung lidah dan bibir, sedikit sedikit keluar cairan dari belahan yang ada di kepala penis. Apalagi ketika agak kutekan dengan ujung lidah bagian belahan itu. Kebanyakan pria tidak tahan menikmatinya ketika belahan itu ditekan dengan ujung lidah. Terdengar berkali-kali dia memanggil-manggil namaku karena nikmatnya. Aku bisa merasakan dengan mulutku memang ukurannya termasuk yang besar. Tapi aku tidak terlalu lama melakukan oral terhadap Dodi, takut dia tidak bisa menahan diri, dan aku tidak ingin segera berakhir. Segera aku menjauh dari penisnya dan merebahkan diri di tempat tidur.



Dodi segera menyusul merebahkan diri di atasku dengan sedikit tergesa-gesa. Tapi kemudian aku berbisik ke dia supaya perlahan-lahan jangan tergesa-gesa dan aku minta dia membukakan bajuku. Dodi dengan cepat melepas seluruh kancing bajuku dan membukanya lebar-lebar. Belum sempat semua terlepas dariku, dia sudah mulai menciumi payudara dan putingku. Tangan yang satu meremas-remas payudara. Melihat begitu energiknya dia, aku semakin terangsang. Aku biarkan dia memainkan kedua payudaraku dan sementara itu aku berusaha melepas rok sendiri dan perlahan-lahan baju juga bisa terlepas semua. Lama juga dia memainkan kedua payudaraku dengan mulut dan jari-jarinya, terlihat begitu mahir dia, tidak seperti permainan dia dulu ketika di apartementnya.



Aku berusaha membenarkan posisiku agar dia mudah masuk dengan melebarkan kaki. Beberapa kali terasa ujung penisnya menyentuh vagina bagian luar dan clitoris, tapi belum juga dia menekan dan meneruskannya untuk masuk. Setiap siap untuk masuk, dia menggeser badannya sehingga penisnya bergeser. Aku sudah tidak sabar lagi menunggunya dan mengatakan itu kepada Dodi, Dia kemudian berbisik di telingaku dan mengatakan dia tidak bawa kondom. Rupanya dia ragu untuk memasuki vaginaku. Sebenarnya di dompetku ada kondom yang selalu aku selipkan di situ, tapi ketika itu aku sudah tidak ingin bergerak kemana-mana lagi, tidak ingin terputus yang sedang aku rasakan ketika itu.



Penisnya kupegang dan ujungnya sengaja kutempelkan di mulut vagina sambil kukatakan nanti keluarkan di luar saja. Setelah itu seperti sudah tidak sabar dari tadi, dia mendorong badannya dengan cepat dan terasa penisnya masuk kedalam vaginaku. Sulit aku ungkapkan dalam tulisan rasa yang kurasakan ketika penis Dodi masuk kedalam vaginaku, begitu nikmat dan terasa masuk sampai kedalam sekali. Tapi setelah itu gerakan pinggulnya begitu berirama dan seperti sudah bisa mengontrol diri, aku pun menikmati gerakan pinggulnya dan bisa mengikuti iramanya dengan menggerakan pinggulku juga. Entah berapa kali dia mengucapkan pujian dan kata-kata yang membuatku terangsang selama gerakan itu. Tidak seperti ketika di apartementnya, kali ini aku biarkan dia yang bergerak dan berinisiatif dengan fantasinya. Aku juga sempat memuji dia bahwa dia sudah begitu pintar permainannya. Tapi sepertinya dia tetap tidak tahan kalau sering aku jepit penisnya ketika didalam vagina, dia mengatakan sendiri soal itu.



Fantasi sex Dodi juga sudah begitu pintar, tidak monoton. Dia berusaha juga sex dengan posisi sama-sama duduk, irama gerakan pinggulnya begitu indah sehingga pinggulku bisa mengikuti iramanya, ketika gerakan menekan, kami sama-sama menekan hingga terasa penisnya masuk begitu dalamnya kedalam vaginaku dan dia begitu pintar mengaturku. Tapi yang begitu terkesan bagiku ketika dia melakukan dengan gaya dari arah belakang. Dia mengatur aku untuk berpose seperti akan merangkak dan dia dari arah belakang memasuki vaginaku. Aku begitu menikmati dengan gerakannya ini dan sebenarnya aku juga menyenangi sex model ini selain pose duduk diatas pria. Biasanya suami dengan pose dari belakang ini tidak bisa terlalu lama. Suami sendiri yang mengatakan bahwa dia tidak tahan dengan gaya dari belakang, menurutnya penisnya begitu terangsang karena menyentuh bagian vagina yang menurut dia begitu membuat dia bisa cepat mencapai klimaksnya.



Sudah tidak ingat lagi berapa lama kami melakukan sex waktu itu, tapi sebelum aku sampai mendekati klimaks, Dodi sepertinya sudah tidak bisa lama lagi. Kami kembali dalam pose normal dan Dodi semakin kencang gerakannya. Dia mendekat ke aku dan berbisik bahwa sudah tidak kuat lagi dan akan mencapai klimaks. Tapi aku minta dia tetap berada di dalamku. Aku minta dia menyelesaikannya di dalamku, dan tidak lama setelah itu Dodi mencapai klimaks dan terasa dari penisnya keluar cairan yang menekan kedalam vaginaku, dan aku membantunya dengan menjepit berkali-kali penisnya ketika ejakulasi. Aku juga merasakan kenikmatan saat dia mencapai klimaks walaupun aku belum mencapai orgasme.



Setelah itu aku kurang begitu ingat lagi, tapi yang jelas aku merasakan badan begitu lemas dan tidak kuat lagi untuk membuka mata. Hanya saja sebelum tertidur terasa Dodi menyelimutiku sambil berbisik mengucapkan sesuatu yang sudah tidak aku ingat lagi waktu itu dan mencium pipiku, lalu ketika dia mau bangun dari tempat tidur dan akan ke kamar kecil, aku pegang tangannya sambil minta supaya pagi hari saja dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku tertidur.



Entah jam berapa aku terbangun dan hanya lampu tidur saja satu menyala dan terlihat diluar sana masih gelap, korden hotel terbuka sejak malam hari. Aku belum mengenakan apa-apa. Setelah selesai permainan sex dengan Dodi, aku tertidur. Segera aku menoleh tempat tidur sebelahku yang terpisah dengan tempat tidurku oleh meja lampu. Terlihat Dodi sedang tertidur nyenyak. Aku segera menuju kamar mandi. Setelah bersih-bersih aku segera kembali ke tempat tidur, tapi tidak segera tidur, sempat duduk di tepi tempat tidur dan memandangi Dodi yang sedang nyenyak tidur. Tidak lama entah kenapa aku pindah duduk di tepi tempat tidur dimana Dodi tidur. Aku sebenarnya mengharapkan dia terbangun ketika aku duduk di tepi tempat tidur dia, tapi dia sepertinya dia tidur dengan lelapnya.



Ada sesuatu perasaan yang masih terasa di hati ini dan begitu penasaran. Pelan-pelan dan dengan hati-hati selimut Dodi kubuka sedikit, dadanya terlihat. Kemudian semakin besar selimut yang kubuka sampai semuanya terbuka. Dodi tidur tidak mengenakan apa-apa. Mataku segera memandang kearah penis Dodi. Perlahan-lahan penisnya kusentuh dengan tangan. Dia tidak bereaksi apa-apa. Kemudian kudekati penisnya dan kucoba cium sedikit. Tapi seperti orang keterusan makan, perlahan-lahan penisnya kujilat dan coba untuk kumasukkan ke mulut dan beberapa kali aku gerakkan keluar masuk. Dia sedikit bergerak tapi kembali tenang.



Terasa penisnya membesar di dalam mulutku dan menjadi kencang. Perlahan-lahan aku menaiki tempat tidur Dodi dan coba berlutut dan menaiki dia. Penisnya coba kutempelkan di mulut vagina, dan kucoba tekan supaya masuk ke vagina, tapi sepertinya susah. Setelah agak sedikit lama, aku juga mulai basah kembali dan baru terasa baru bisa memasukkan penis Dodi kedalam vaginaku. Terus kumasukkan sampai terasa menyentuh bagian yang paling dalam. Tentu saja ketika masuk pertama kali ini sangat enak rasanya. Perlahan-lahan mulai kugerakkan pinggulku, dan terasa nikmat sekali, terasa semakin banyak cairan yang keluar dan dengan mudah penis Dodi keluar masuk kedalam vaginaku. Tapi tidak lama setelah itu Dodi terbangun dan sambil memanggil namaku. Segera jariku menutup mulutnya dan aku berbisik di telinganya supaya dia diam saja.



Setelah itu kedua tangannya menggenggam kedua pinggulku. Kali ini aku ingin menikmati dia dari atas. Dia juga sedikit-sedikit menghela nafas. Tanpa henti-hentinya aku bergerak, dan kelihatannya Dodi kali ini bisa bertahan lebih lama. Mungkin karena tadi dia sudah sekali mencapai klimaks. Sulit kuungkapkan dengan kata-kata rasa yang aku rasakan ketika aku berada diatas Dodi itu, mungkin hanya bisa mengatakannya dengan kata nikmat saja. Apalagi Dodi juga sempat memainkan dan menggenggam payudaraku. Aku juga tidak ingat lagi bagaimana aku bersuara karena nikmatnya yang sedang kami lakukan, mungkin Dodi lebih mengetahuinya daripada aku. Sempat juga ketika aku mendekati puncaknya, Dodi mengatakan bahwa dia sudah tidak tahan lagi tapi aku katakan jangan selesai dulu karena aku juga ingin sampai orgasme dan gerakan sedikit aku kurangi.



Tapi sepertinya tidak bisa lebih lama lagi, tiba-tiba pinggulnya ikut bergerak begitu cepat dan kedua tangannya menggenggam bokongku dan mendorong menekan kearah dia sehingga terasa beberapa kali ujung penisnya menyentuh vaginaku yang paling dalam dan tidak lama kemudian terasa penisnya berdenyut dan mengeluarkan cairan. Aku semakin berkonsentrasi sampai akhirnya tidak lama setelah itu aku juga mencapai klimaks. Ketika itu sesaat aku tidak ingat apa apa lagi, seakan semuanya gelap dan seperti darah berkumpul semua di kepala dan begitu nikmat rasanya, sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Sampai sesaat kemudian aku sadar bahwa salah satu pundak Dodi sedikit luka karena kukuku menekan dia ketika diremas tanganku menahan nikmatnya orgasme. Aku minta maaf akan hal itu.



Setelah itu aku begitu lemas, lalu aku merebahkan badan di atas Dodi dan dia membiarkanku sampai tidak sadar aku tertidur. Aku membiarkan penisnya tetap berada di dalam vaginaku. Masih terasa kadang-kadang perlahan-lahan dia menggerakkan penisnya.

Post a Comment